
Bagi Anda calon tamu-tamu Allah SWT. Setidaknya perlu diketahui beberapa hal mengenai rahasia-rahasia dibalik syariat ibadah haji. Selain manasik lapangan, aspek lainnya perlu juga diketahui, termasuk mengetahui sekelumit tentang rahasia dan hikmah yang terkandung dalam prosesi ibadah haji. Saat kita memakai kain ihram dan mengucapkan talbiyyah adalah wujud dari tajarrud (totalitas) jiwa dari hawa nafsu dan syahwat. Menghadapkan seluruh perbuatan hanya kepada Allah, bersegera melakukan ketaatan dan perintah hanya untuk Allah, sehingga mendapatkan ridha dari-Nya dan berharap akan surga-Nya.
Adapun thawaf adalah wujud dari perputaran hati dan jiwa di tempat yang disucikan Allah, bersatu antara pencari cinta dan yang dicinta, Dzat yang telah menganugerahkan kenikmatan, sungguh sangatlah hina saat kita menyadari kenikmatan yang telah diberikan namun tidak memahami ayat-ayat-Nya.
Sa’i adalah perjalanan yang dipenuhi rahmat dari dua bukit sebagai tilas perjuangan Siti Hajar. Memohon ampunan dan keridhaan adalah pucuk dari kegiatan di Safa dan Marwa.
Wukuf di Arafah adalah usaha yang tiada henti untuk tunduk dengan hati yang penuh rasa takut, lisan yang sibuk dengan do’a, harapan yang tulus dihadapan Dzat yang Maha kasih.
Melontar jumroh merupakan simbol celaan dan penghinaan terhadap segala bentuk kejahatan dan kekerdilan jiwa, simbol nyata akan kejujuran azimah dalam menolak hawa yang merusak terhadap individu dan sosial.
Menyembelih hewan qurban – sebagai penutup dalam jenjang peningkatan menuju tempat yang bersih dan jernih – kecuali tumpahnya darah kehinaan di tangan yang keras persendiannya dalam membangun kemuliaan, dan simbol pengorbanan dan penebusan jiwa di hadapan tentara Allah yang suci dan mulia.
Dalam ibadah haji ada sarana untuk takhaliyah (pembersihan), tahaliyah (penghiasan) dan zad (pembekalan).
Jika selesai melaksanakan ibadah haji kemudian kembali ke negerinya dengan aman dan selamat, mampu menempatkan dirinya dan umatnya menuju jalan hidayah dan petunjuk, seperti yang telah disebutkan Al-Quran petunjuk kepada orang-orang yang beriman akan misi yang mulia ini, Allah berfirman: “Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (Al-Baqoroh: 197), ini adalah sisi pembersihan dan pensucian diri dari kotoran dan dosa, dan berpecah belah dari jama’ah.
Adapun sisi penghiasan diri berupa akhlak yang dapat membersihkan dan mensucikan hati dan jiwa, dapat dilihat dari firman Allah: “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al-Baqoroh: 197)
Dan dengan kebersihan jiwa dan hati menjadi bekal terbaik; yaitu takwa yang muncul dari jiwa seorang muslim sehingga dapat merubah segala sesuatu dalam hidupnya, memberikan pengaruh terhadap orang yang ada disekitarnya. Allah berfirman: “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al-Hajj: 32)
Adapun thawaf adalah wujud dari perputaran hati dan jiwa di tempat yang disucikan Allah, bersatu antara pencari cinta dan yang dicinta, Dzat yang telah menganugerahkan kenikmatan, sungguh sangatlah hina saat kita menyadari kenikmatan yang telah diberikan namun tidak memahami ayat-ayat-Nya.
Sa’i adalah perjalanan yang dipenuhi rahmat dari dua bukit sebagai tilas perjuangan Siti Hajar. Memohon ampunan dan keridhaan adalah pucuk dari kegiatan di Safa dan Marwa.
Wukuf di Arafah adalah usaha yang tiada henti untuk tunduk dengan hati yang penuh rasa takut, lisan yang sibuk dengan do’a, harapan yang tulus dihadapan Dzat yang Maha kasih.
Melontar jumroh merupakan simbol celaan dan penghinaan terhadap segala bentuk kejahatan dan kekerdilan jiwa, simbol nyata akan kejujuran azimah dalam menolak hawa yang merusak terhadap individu dan sosial.
Menyembelih hewan qurban – sebagai penutup dalam jenjang peningkatan menuju tempat yang bersih dan jernih – kecuali tumpahnya darah kehinaan di tangan yang keras persendiannya dalam membangun kemuliaan, dan simbol pengorbanan dan penebusan jiwa di hadapan tentara Allah yang suci dan mulia.
Dalam ibadah haji ada sarana untuk takhaliyah (pembersihan), tahaliyah (penghiasan) dan zad (pembekalan).
Jika selesai melaksanakan ibadah haji kemudian kembali ke negerinya dengan aman dan selamat, mampu menempatkan dirinya dan umatnya menuju jalan hidayah dan petunjuk, seperti yang telah disebutkan Al-Quran petunjuk kepada orang-orang yang beriman akan misi yang mulia ini, Allah berfirman: “Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (Al-Baqoroh: 197), ini adalah sisi pembersihan dan pensucian diri dari kotoran dan dosa, dan berpecah belah dari jama’ah.
Adapun sisi penghiasan diri berupa akhlak yang dapat membersihkan dan mensucikan hati dan jiwa, dapat dilihat dari firman Allah: “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al-Baqoroh: 197)
Dan dengan kebersihan jiwa dan hati menjadi bekal terbaik; yaitu takwa yang muncul dari jiwa seorang muslim sehingga dapat merubah segala sesuatu dalam hidupnya, memberikan pengaruh terhadap orang yang ada disekitarnya. Allah berfirman: “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al-Hajj: 32)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar